Oleh: Alif Danarto Guna
Sebagai masyarakat yang tergolong berusia muda dengan rentang usia tiga belas hingga dua puluh lima tahun, pemuda lekat dengan karakternya yang berkemauan keras, berani bertindak, memiliki pendirian yang teguh, tidak mudah putus asa serta berkemauan keras adalah sesuatu yang menggambarkan karakteristik pemuda. Semangat yang membara telah menghantarkan Indonesia menunu pintu kemerdekaan dengan berjuang melepaskan diri dari jajahan bangsa colonial. Apabila melihat dari sudut pandang sejarah bangsa Indonesia, pemuda memiliki peran dalam perubahan bangsa Indonesia dalam masa penjajahan bangsa colonial Belanda. Kebangkitan nasional adalah sebuah pertanda awal mula munculnya rasa nasonlisme, sumpah pemuda sebagai tonggak persatuan Indonesia. Pemuda tidak dapat dilepaskan dari sejarah kemerdekaan Indonesia, ini disebabkan oleh kehadiran pemuda pada setiap kejadian bersejarah di Indonesia. Pemuda menggunakan wawasan dan daya berfikirnya sebagai senjata utama dalam berjuang mengusir penjajah. Hal inilah yang menjadikan pemuda mampu dalam membuat terobosan sejarah sebab pemuda dapat memadukan antara cara pandang dengan gaya hidupnya (Musa, 1996:20).
Pergerakan Nasional adalah sebuah fase dalam sejarah Indonesia pada masa perjuangan dalam kurun waktu 1908-1945. 1908 adalah tahun awal dari dari pergerakan nasional sebab pada tahun inilah rakyat berjuang dalam kategori bervisi nasional. Maksutnya adalah pergerakan yang dilakukan sebelum masa ini untuk melawan penjajah memiliki sifat kedaerahan atau dalam lingkum memperjuangkan kepentingan masing-masing kelompok. Kesadaran baru yang diikuti dengan lahirnya organisasi modern yang memiliki cita-cita nasional menandai lahirnya sebuah kebangkitan dengan semangat yang berbeda. Pergerakan merupakan sebuah refeleksi rasa ketidakpuasan akan keadaan yag melanda masyrakat pada kala itu. Kemerdeakaan yang merupakan sebuah cita-cita nasionaal yang diupayakan secara bersama diikuti dengancara yang terorganisir adalah yang disebut pergerakan nasional.
Yang melatar belakangi aksi para pemuda dalam pergerakan nasional ialah perasaan tidak nyaman akibat kegagalan golongan tua dalam menghentak mundur penjajah colonial Belanda ketika abad Sembilan belas. Perlawanan yang dilakukan telah menimbulkan sejumlah kerugian yang cukup besar bagi untuk rakyat Indonesia sebagaiman terjadinya krisis ekonomi dan korban yag cukup banyak berjatuhan akibat kontak senjata dengan penjajah. Hal inilah yang memicu para pemuda dan pejuang bangsa untuk berusaha memperbaiki keadaan bangsa Indonesia. Melalui gaya yang baru, dimana cenderung modern, pemuda berusaha mengubah nasib bangsa kearah yang lebih baik.
Budi Utomo yang lahir pada tanggal 20 Mei 1908 dipandag menjadi sebuah tonggak baru dalam sejarah perjuangan rakyat Indonesia sebagai usaha melepaskan diri dari penjajah colonial Belanda. Cara yang digunakan dalam melawan para penjajah sebelum lahirnya Budi Utomo terkesan tradisional, baik tuntutan untuk memperbaiki nasib bangsa maupun perjuangan dengan mengangkat senjata. Hal berbeda terjadi setelah Budi Utomo lahir, dalam keberjalananya perlawanan yang hadir dalam melepaskan belenggu Belanda lebih terorganisir dan pada banyak kasus mengandung wawasan nasional. Ariwiadi (1971) mengatakan bahwa bahwa dasar inilah yang membuat para sejarawan menetapkan Budi Utomo menjadi organisasi yang menandai tonggak pertama sejarah kebangkitan nasional dan sejarah pergerakan nasional.
Berdasarkan uraian diatas, jurnal ini dibuat bertujuan untuk mengkaji lebih dalam mengenai peran Budi Utomo dalam pergerakan nasional pada tahun 1908-1935. Dimana pada kala itu perjuangan cenderung bersifat etno nasionalisme sehingga perjuangan condong nntuk kepentingan diri sendiri. Budi Utomo hadir sebagai pelopor dan tonggak dalam pergerakan nasional dengan tujuan yang mulia untuk mengubah nasib bangsa kearah yang lebih baik. Dengan metode yang lebih terbuka dan mengenyampingkan ras, suku dan agama Budi Utomo memerjuangkan bangsa Indonesia kearah yang lebih baik.
Sekilas tentang Organisasi Budi Utomo
Organisasi Boedi Oetomo didirikan oleh mahasiswa Indonesia yang berkuliah di
kedokteran STOVIA (Komandoko., 2008:10). Mereka memiliki sebuah cita-cita mulia, yaitu untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yaitu persatuan untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari belenggu penjajah. Sebagaiman pendapat Ir Soekarno (2015: 17), bahwa kita harus mandiri agar bisa bebas dari belenggu colonial Belanda sehingga bisa merdeka. Persatuan mahasiswa di STOVIA selain didorong dengan tekad yang besar, mereka juga memiliki semangat untuk memajukan persatuan dan kesatuan bangsa. Mahasiswa yang melakukan studi di STOVIA college adalah mereka yang berasal dari berbagai daerah dengan budaya yang beragam, sehingga memiliki semangat yang besar untuk menyatukan bangsa dari sebuah organisasi.
Ini semua berawal ketika pada abad ke-20 dimana pemerintah colonial berusaha untuk memajukan kehidupan rakyat yang telah dijajahnya selama ratusan tahun melalui system kerja paksa dan liberal, yang mana banyak kaum pribumi yang tertindas akibat upah yang sangat minim dibandingkan engan para pekerja kulit putih. Akhirnya Belanda membuat sebuah program bernama politik etis yang bertujuan untuk memperbaiki nasib bangsa Indonesia, salah satu programnya adalah Edukasi. Meskipun demikina di Jawa masih terdapat banyak anak yang tidak bisa sekolah akibat orang tuanya yang miskin.
Kondisi ini meggerakan dokter Wahidin Soediro Hoesodo untuk memperbaiki nasib bangsanya melalui perjuangan dalam bidang pendidikan. Pada tahun 1906-19007 dr. Wahidin singgah ke beberapa tempat di pulau Jawa untuk menyebarkan gagasanya tentang dana pendidikan guna anak pribumi yang pintar akan tetapi tidak memiliki cukup biaya untuk menempuh jalur pendidikan. Tahun 1907 ia berkunjung ke STOVIA untuk menyampaikan gagasanya dan disambut baik oleh mahasiswa STOVIA.
Keberagaman suku, budaya, ras dan agama tidak pernah menjadi suatu kendala dalam mendirikan Budi Utomo. Keberagaman anggota organisasi menjadi tonggak bagi para pendiri Budi Utomo untuk bisa bekerja secara kolektif. Christina S Handayani (2008) berpendpaat bahwa kesetaraan dalam sebuah masyarakat menempatkan dirinya pada posisi yang seimbang . Sebagai suatu wujud dari realisasi kesetaraan sosial, semangat kebersamaan yang dimiliki oleh setiap pendiri Budi Utomo membuat cita-cita Budi Utomo semakin mudah diwujudkan.
Ini semua berawal ketika pada abad ke-20 dimana pemerintah colonial berusaha untuk memajukan kehidupan rakyat yang telah dijajahnya selama ratusan tahun melalui system kerja paksa dan liberal, yang mana banyak kaum pribumi yang tertindas akibat upah yang sangat minim dibandingkan engan para pekerja kulit putih.
Kerjasama yang terbangunn antara para pendiri Budi Utomo telah menghasilkan sesuatu yang nyata, yaitu berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Tujuan dari berdirinya Budi Utomo adalah cita-cita mengubah nasib bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda. Budi Utomo bergerak di sektor sosial dan pendidikan. Di bidang sosial, Budi Utomo berjuang untuk membantu rakyat Indonesia menghapus beban yang disebabkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Dalam bidang pendidikan, Budi Utomo ini membantu mencerdaskan masyarakat Indonesia dengan cara mengajari sistem penulisan, melalui hal ini Budi Utomo memiliki harapan agar masyarakat Indonesia dapat membedakan mana yang merugikan dan menguntungkan.
Segala gerakan yang dilakukan oleh organisasi Boedi Oetomo baik dalam bidang sosial maupun pendidikan pada kala itu semata-mata berorientasi untuk membantu mengubah nasib bangsa Indonesia, akan tetapi tidak mengganggu keberadaan pemerintah kolonial. Sikap organisasi Boedi Oetomo cukup dianggap moderat atau kooperatif dengan pemerintah kol. Dengan demikian, hampir semua gerakan organisasi didukung oleh pemerintah kolonial.
Pemikiran Budi Utomo
a. Kongres Boedi Oetomo Pertama
Pada tanggal 3 sampai 5 Oktober 1908, kongres pertama Budi Utomo berhasil terlaksana. Berlokasi di Yoyakarta bertempat di Sekolah Pendidikan Guru yang juga sebagai kantor cabang Budi Utomo. 300 orang hadir dengan latar belakang berbagai kalangan mengikuti kongres tersebut. Pengurus Budi Utomo mengundang berbagai masyarakat, mulai dari priyeyai kelas tinggi, priyayi kelas rendah serta remaja radikal dan juga pejabat pemerintahan Belanda tak luput dari undangan. Ini adalah bagian dari rencana congress untuk menampung segala aspirasi masyarakat Indonesia tanpa melihat latar belakang ras, suku, agama, maupun jabatan.
Sewaktu pelaksanaan kongres, seorang pemimpin ditunjuk oleh para pengurus Budi Utomo melalui hasil rapat, Dokter Wahidin Soedirohusodo ditetapkan menjadi ketua kongres yang telah disetujui oleh para peserta dan tamu undangan. Waahidin mengutarakan beberapa pemikiranya sewaktu rapat yaitu, semua masyarakat nusantara kususnya jawa masih dibawah pengaruh system kasta Hindu, dimana system kasta hindu masih mengenal kelas maupun kasta.
Dalam congress tersebut muncul beberapa masalah, salah satunya adalah perbedaan pendapat antara peserta congress. Golongan radikal mengutarakan pendapat seolah-olah memojokan perwakilan pejabat pemerintahan Belanda, terutama perihal nasib bangsa Indonesia selama dibawah jajahan Belanda. Hal ini dapat diatasi melalui sikap taat pada norma yang dilakukan oleh pemimpin rapat. Setelahnya tanggaan bijak dari pemerintah Belanda mulai terdengar seakan mewarnai kongres pertama Budi Utomo. Pada akhirnya bisa disimpulkan bahwa hasil dari kongres pertama Budi Utomo adalah: (1) Pembentukan pengurus resmi organisasi pergerakan Boedi Oetomo; (2) Penetapan R.A.A Tirtokoesoemo sebagai ketua organisasi; (3) Perjuangan memperjuangkan nasib masyarakat Indonesia, khususnya di bidang sosial dan pendidikan.
Soewardi Soerjaningrat menilai bahwa dr. Wahidin Soediro Hoesodo adalah seorang bapak dari pergerakan rakyat, sebab dr. Wahidin melahirkan berbagai pikiran megenai kebangsaan yang terkristalisasi dalan diri organisasi Boedi Oetomo. Soewardi Soerjaningrat juga berpendapat bahwa setelah tercetusnya Kongres pertama Budi Utomo pada tanggal 5 Oktober 1908, de Indische Beweging (Pergerakan Hindia) mulai tumbuh, ini adalah sebuah pergerakan rakyat yang sejatinya Wahidin Soediro Hoesodo adalah bapaknya. (Soewardi Soerjaningrat dalam Nederlandsch Indiē Oud en Nieuw 1916-1917).
b. Kongres Budi Utomo ke dua
Kongres ke dua Budi utomo dilaksanakan pada tanggal 10 hingga 11 Oktober 1909 bertepat di gedung Mataram Yogyakarta. Pada kesempatan kali ini pesertanya tidak sebanyak congress pertama. Peserta yang diundang tidak terbatas dari masyarakat Indonesia saja akan tetapi berasal dari Cina maupun Eropa. Penyebab dari tidak terlalu ramainya congress ke dua ini adalah karena peserta rapat kali ini juga dihadiri oleh bangsa asing seperti Cina maupun Eropa. Maka dari itu Budi Utomo memiliki akses ruang gerak yang lebih leluasa daripada sebelumnya, namun Budi Utomo memerlukan kehati-hatian ekstra dalam mengemukakan pendapat.
Pelaksanaan pergerakan Budi Utomo pada mulanya dilaksanakan oleh pengurus baru, khususnya pada era kepemimpinan R.A.A Tirtokoesoemo (Nagazumi., 1989). Ia menjalankan gerakan organisasi sesuai dengan keputusan kongres pertama, yaitu rela mengubah nasib bangsa Indonesia melalui bidang sosial dan pendidikan, tanpa memandang mereka tetap moderat terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Sikap kooperatif serta moderat yang dilakukan Budi Utomo dengan pemerintahan Belanda bertujuan agar tidak menunjukan sikap perlawanan, sebab dalam keberjalananya pelaksanaan Budi Utomo selalu berada dibawah pengawasa pemerintah colonial Belanda. Pemerintah colonial Belanda mengontrol keberlangsungan Budi Utomo dengan cara menjalin hubungan kerja sama terhadap kegiatan Budi Utomo.
Pelaksanaan kongres kedua sangat jauh berbeda ketimbang kongres pertama. Kongres kedua tidak membahas mengenai tujuan utama organisasi Boedi Oetomo (Komandoko., 2008: 87). Dalam kongres kedua berisi laporan berbagai halangan atau masalah yang muncul pada keberjalanan Budi Utomo. Laporan yang disampaikan oleh anggota kongres bukan berisi progress organisasi tetapi hanya laporan organisasi kepada pemerintah colonial Belanda. Di antara hasil laporan tersebut adalah disetujuinya bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dalam organisasi tersebut. Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan untuk berkomunikasi (Rusdisunhaji., 2012:5). Dengan ditetapkannya bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kongres, diharapkan seluruh tamu kongres dapat memahami laporan panitia.
Melihat hal tersebut tentu ruang gerak Budi Utomo menjadi terbatas. Pada kongres kedua ini tidak terlihat wajah-wajah pengurus lama maupun pendiri yang hadir. Hal ini menyebabkan tidak dibahasnya tujuan awal meengapa Budi Utomo didirikan. Tidak adanya pembahasan mengenai perubahan nasib bangsa Indonesia terkusus pada sektor sosial dan pendidikan. Tidak juga adanya pembahasan mengenai keinginan untuk melepaskan bangsa Indonesia dari cengkraman penjajah colonial Belanda. Pada kongres kali ini hanya berisi seputar pertemuan antara pengurus organisasi dengan parra pejabat pemerintah colonial Belanda.
Ini adalah sebuah hal yang sangat disayangkan untuk para anggota oraganisasi pergerakan Budi Utomo. Muhammad thahir memberi sebuah gagasan pada kongres kali ini. Ia adalah seorang guru di Batavia, dalam gagasanya ia mengatakan bahwa Budi Utomo hendakya merekrut anggota dari kalangan selain priyayi(Ricklefs, 2011:251). Jika saja seluruh anggota berasal dari kalangan atas atau priyayi, maka pergerakan organisasi Budi Utomo tidak akan mengalami kemajuan.
Masukan dari beberapa peserta kongres ditampung, setelah itu diputuskan bahwa kongres kedua organisasi pergerakan Budi Utomo, antara lain adalah; (1) Penentuan bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu organisasi pergerakan Boedi Oetomo; (2) Permasalahan mengatasi kesulitan keuangan diselesaikan dengan dua cara, yaitu dengan tidak melaksanakan kongres ketiga organisasi pergerakan Boedi Oetomo dan meminta izin pejabat kompeni Belanda guna untuk melaksanakan undian penggalangan dana.
Hasil dari kongres kedua organisasi pergerakan Budi Utomo yang berupa keputusan telah diambil. Setelah itu kongres diakhiri dengan putusan yang kurang memuaskan dan terkesan hambar serta tak semua argument maupun usul pada waktu kongres kedua organisasi pergerakan Budi Utomo disepakati menjadi hasil kongres. Kongres kali ini berdasarkan keputusan para pejabat pemerintahan Belanda, selebihnya tak lebih dari usulan kongres saja.
Suatu perbedaan yang cukup Nampak antara kongres pertama dan kedua pada organisasi pergerakan Budi Utomo. Ini dapat terlihat dari sikap anggota organisasi yang kontras apabila dibandingkan antara kedua kongres. Dari kongres pertama terlihat pembahasan perihal nasib dan kemajuan bangsa Indonesia, sedangkan sewaktu kongres ke dua hanya berisi tentang laporan keberjalanan organisasi kepada pejabat pemerintahan colonial Belanda, bahkan keputusan kongres kedua berlandaskan izin dari pemerintah colonial Belanda.
Budi Utomo dan Politik
Pada dasarnya Budi Utomo telah menjadi sebuah organisasi politik dalam pergerakanya. Sebetulnya munculnya organisasi pergerakan Budi Utomo adalah sebuah persitiwa politik dari munculnya respon akan ketidak layakan kehidupan rakyat sehingga Soetomo dan kawan-kawan memiliki cita-cita untuk memperbaiki keadaan rakyat Indonesia. Nasib keberlangsungan tanah air Indonesia bergantung pada gerak politik, sehingga pada kongres pertama Budi Utomo dr. Wahidin memberi usul untuk menetapkan tujuan untuk mengubah perkumpulan menjadi suatu badan nasional pendukung pelajar, akan tetapi usul tersebut ditoleh oleh rapat. Sesuai dengan rapat di Jakarta, rapat untuk merumuskan tujuan perkumpulan yaitu untuk kemajuan yang selaras dengan nusa dan bangsa. Apabila kita amati lebih jauh, langkah politik ini tidak bertentangan dengan tujuan pergerakan, akan tetapi justu ini adalah sebuah usaha untuk guna menjunjung harkat dan derajat negara serta bangsanya.
Apabila kita tarik mundur kebelakang pada tahun 1908, Soetomo dinilai cukup ragu untuk encantumkan kata politik pada anggaran dasar perkumpulan organisasi pergerakan Budi Utomo. Selanjutnya setelah tujuh tahun berjalan, terlihat apabila suasana menjadi berbeda. Organisasi pergerakan Budi Utomo bukanlah lagi menjadi sebuah organisasi tunggal yang menjadi monopoli di antara bangsa Indonesia. Gerakan politik mulai bangkit dari lubuk hati para kaum terpelajar dari berbagai pelosok negeri. Kemajuan berfikir telah mengantarkan perubahan suasana dalam negeri. Satu-satunya cara agar mendapatkan kemajuan yang selaras antar bangsa dan negara adalah dengan enetapkan suatu sikap untuk turut mengambil peran dalam pemerintahan negara. Dan sudah jelas caranya adalah dengan berpolitik.
Keterlambatan organisasi pergerakan Budi Utomo dalam berpolitik juga dapat terlihat karena pada tahun 1915, petinggi organisasi pergerakan Budi Utomo selalu berada di bawwah pimpinan orang-orang yang enggan mengarahkan pandanganya ke dunia politik. Cara pandang atasan jelas memngaruhi halua dari perkumplan. Hingga ketika tahun 1915, hanya berpaku pada edukasi. Tetapi jika suasana megehndaki suatu perubahan langkah yang sejalan dengan keadaan, organisasi pergerakan Budi Utomo siap untuk mengubah pekerjaanya.
Politik sendiri bertujuan untuk menjunjung harkat martabat bangsa dengan cara mengambil peran dalam dunia pemerintahan serta ikut menetapkan jalan yang akan ditempuh. Meskipun banyak jug acara lain untuk memajukan bangsa sebagaimana sektor pendidikan, perdagangan, pertanian, dan lain lain.
Keruntuhan Budi Utomo
Runtuhnya organisasi pergerakan Budi Utomo terjadi pada tahun 1935, ini disebabkan oleh tekanan yang diberikan pemerintah colonial Belanda. Hal ini menenggarai organisasi pergerakan Budi Utomo kehilangan taringnya, mengakibatkan terjadinya perpecahan kelompok antara golongan moderat dan radikal. Pengaruh organisasi pergerakan Budi Utomo dalam pergerakan nasional mulai melemah. Pada tahun 1935 organisasi pergerakan Budi Utomo bergabung dengan organisasi bernama Parindra. Mulai sejak itulah organisasi pergerakan Budi Utomo mundur dari medan pertempuran politik dan kembali pada keadaan semula.
Hancurnya organisasi pergerakan Budi Utomo juga ditenggarai oleh propaganda kemerdekaan Indonesia yang dilakukan oleh Indisjche Partij berdasarkan kebangsaan sebagai indier.
Semenjak organisasi pergerakan Budi Utomo kehilangan pijakan monopolisnya, mulai bermunculam perkumpulan yang menganut aliran Indish-nasionalisme radikal dengan dasar aliran demokratis agama serta beraliran pengajaran modern berdasarkan agama dan kebangsaan di luar politik.
Pemerintahan colonial mengataka bahwa organisasi pergerakan Budi Utomo sebagai sebuah tanda keberhasilan politik Etis yang memang dikehendakinya sebuah organisasi pribumi yang beraliran progresif moderat dibawah kendali para pejabat. Mungkin saja pada kala itu pemerintah colonial Belanda melihat atau mencium kecurigaan serta menganggapnya gangguan potensial oleh organisasi pergerakan Budi Utomo.
Boedi Oetomo sebagai Inspirasi dalam Pergerakan Nasional
Organisasi Boedi Oetomo dianggap menjadi bagian dari pergerakan nasional yang berdiri atas dasar dan latar belakang yang kuat. Beberapa dari latar belakang tersebut antara lain faktor internal dan eksternal di luar organisasi (Nagazumi., 1989). Faktor eksternal meliputi keberhasilan nasionalisme Asia-Afrika, kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905, dan masuknya gagasan dunia baru. Faktor berdirinya organisasi dari faktor intern dialatar belakangi oleh kerinduan akan kejayaan masa lalu, munculnya kaum intelektual dan yang terpenting adalah keinginan untuk mempersatukan dan mengungkapkan rasa nasionalisme Indonesia.
Nasionalisme Indonesia lahir dari kesadaran bersama Lahirnya jiwa Nasionalisme dalam pergerakan nasional tercermin dari berdirinya organisasi Boedi Oetomo sebagai salah satu pergerakan nasional. Organisasi pergerakan Budi Utomo menjadi organisasi pertama yang berdiri dengan cita-cita mengubah nasib bangsa serta melepaskan diri dari belenggu penjajah colonial Belanda. Sebagai suatu wujud rasa persatuan dalam kebhinekaan bangsa Indonesia.
Organisasi Boedi Oetomo didirikan dan dibesarkan namanya oleh
mahasiswa kedokteran (Komandoko., 2008:11). Namun, setelah kongres pertama organisasi itu sepertinya lupa siapa yang mendirikannya. Tidak ada satupun pendiri organisasi ini yang tergabung dalam struktur organisasi. Namun, tidak ada kemungkinan bagi para pendiri organisasi untuk melepaskan tanggung jawab. Ketika organisasi ini melemah dan hampir bubar, para pendiri ikut memperkuat organisasi yang mereka perjuangkan. Hal itu dilakukan demi persatuan bangsa, khususnya di tubuh organisasi Boedi Oetomo.
Kebersamaan di antara anggota organisasi Boedi Oetomo sebenarnya bisa memberikan contoh yang baik bagi bangsa Indonesia. Betapa berharganya persatuan dalam memperjuangkan nasib bangsa (Soekarno., 2015: 50).
Persatuan sebagai salah satu kekuatan bangsa untuk merebut kembali hak dan kewajibannya sebagai masyarakat, jika kita putus maka akan memudahkan bangsa asing memanfaatkan sumber daya yang ada di Indonesia. Peran vital dalam membangun rantai sosial dan keterkaitan antara penyembuh rakyat dan masyarakat (Addai., 2017: 4).
Referensi:
Gamal Komandoko. (2006). Nasionalisme dan Negara Bangsa. Dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Politik.
Yuliyanti, Eka. Budiyono. (2013). Peranan Pemuda Dalam Pergerakan Nasional Indonesia Tahun 1908-1928.
Ahmadin. (2017). Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Makassar: Rayhan Intermedia.
Susilo, Agus. (2018). Politik Etis Dan Pengaruhnya Bagi Lahirnya Pergerakan Bangsa Indonesia. Dalam Jurnal HISTORIA Volume 6.
Rahmawati. (2016). Boedi Oetomo Dan Perananya Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia 1908-1935. . Boedi Oetomo Dan Perananya Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia 1908-1935. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta.
Ricklef’s. (2011)/ Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Soekaro. (2015). Mencapai Indonesia Merdeka. Bandung: Sega Arsy.
Adha, Winahyu. Agung, Leo. Dkk. (2017). Sikap Sosial Anggota Organisasi Pergerakan Boedi Oetomo: Suatu Tinjauan Historis. Surakarta: Prodi Pendidikan Seajarah FKIP Universitas SEbelas Maret.
Yulianti, Dewi. (2009). Menyibak Fajar Nasionalisme Indonesia dalam Sarasehan Sejarah Regional Daerah.
Posting Komentar untuk "Peran Budi Utomo dalam Pergerakan Nasional di Indonesia"