Tokoh-tokoh Filsafat Sejarah yang Pemikirannya Berpengaruh
Tokoh-tokoh Filsafat Sejarah. Ilustrasi: A.T. Wardhana/ Sejarahkita.com |
Oleh: Ali Gunandar
Tokoh-tokoh Filsafat Sejarah yang Pemikirannya Berpengaruh - Pada artikel kali ini Sejarah Kita akan mengulas tentang tokoh-tokoh filsafat sejarah yang pemikirannya berpengaruh.
Berikut ini tokoh-tokoh filsafat sejarah yang pemikirannya berpengaruh:
Patrick Gardiner
Filsafat sejarah menunjuk pada dua jenis penyelidikan. Pertama menunjukkkan usaha memberikan keterangan atau tafsiran yang luas tentang proses sejarah secara keseluruhan (filsafat sejarah spekulatif).
Kedua, seperti untuk menjawab pertanyaan apa arti/makna/tujuan dan hukum pokok yang mengatur perkembangan dan perubahan dalam sejarah.
Filsafat sejarah dapat menemukan hukum umum/penggerak dari peristiwa sejarah untuk melihat peristiwa lainnya.
Contohnya dari sejarah
kehidupan masa praaksara dapat diambil makna bagaimana cara manusia memenuhi
kehidupan dan menjaga keseimbangan alam.
Gagasan Gardiner dilandasi oleh faktor-faktor berikut. Pertama sejarah untuk mengatasi masalah yang menyita waktu sejarawan, misalnya dalam mencari sumber perlu waktu yang lama.
Kedua, penyelidikan dilakukan terhadap kawasan atau bagian yang khusus tentang masa lalu.
Ketiga, hasilnya pun gagal memenuhi tuntutan dari konsepsi yang diterima secara intelektual tentang perjalanan sejarah sebagai suatu keseluruhan dan sering bahwa tafsiran mereka dapat digunakan untuk memprediksi masa yang akan datang.
Sejarah sulit memenuhi tuntutan sebagai ilmu pengetahuan
empiris karena tidak dapat dibuktikan secara riil seperti ilmu-ilmu alam.
Sehingga belum tentu diterima oleh umum.
Dalam hal ini sejarawan perlu yakin bahwa proses sejarah itu lebih dari satu kumpulan peristiwa yang tidak bermakna, secara kontinu dalam struktur atau tema yang mendasari upaya bahwa semuanya masih harus ditemukan, yang akhirnya rangkaian peristiwa itu memiliki penuh makna atau dapat dipahami.
Akan karena sejarah belum tentu diterima oleh umum, maka dalam menulis sejarah sejarawan harus bisa menemukan makna dalam sejarah yang ditulis, supaya si pembaca dapat mengambil hasil dari sebuah peristiwa sejarah.
Maka dari itu, yang menjadi persoalan
adalah bukan pada jalannya peristiwa, tetapi hakikat sejarah yang dipandang
sebagai disiplin ilmu yang bersifat khusus, terutama pada tujuan penyelidikan,
cara melukiskan/mengeksplanasikan.
Delthy & Beneditto Croose
Akan karena dalam melakukan penelitian sejarah yang spekulatif, dapat memasukkan metafisik yang telah dikritik. Hal ini bertujuan untuk menemukan/memusatkan sesuatu yang dilupakan generasi pendahulunya.
Misalnya, dalam sejarah Kerajaan
Majapahit kita dapat menemukan mengenai dampak perkawinan politik di masa itu.
Tujuan sejarawan berbeda dengan para peneliti ilmu-ilmu alam. Sejarah merupakan ilmu humaniora sehingga tidak dapat memberikan jawaban yang pasti seperti ilmu-ilmu alam.
Sejarah tidak untuk menemukan hukum umum atau teori universal yang dapat
memprediksi sebagai petunjuk terhadap tindakan teknis ataupun praktis. Sejarah
tidak dapat menjadi hukum umum karena hanya terjadi sekali dan unik, namun
dapat digunakan untuk melihat gejalanya, pola, gerak.
Akan karena hal di atas, sejarah berfungsi untuk melukiskan/mengisahkan apa yang terjadi di masa lalu dan mengapa terjadi. Artinya sejarah tidak mungkin memandang peristiwa atau pelaku sejarah semata-mata dari potongan perilaku yang diamati dan dikembalikan pada benda fisik semata.
Lukisan tersebut terdiri dari
potongan-potongan peristiwa dengan mengacu sumber sebanyak-banyaknya sehingga
maknanya dapat ditemukan secara utuh.
R. G. Collingwood
Menurut R. G. Collingwood, tugas pokok sejarawan adalah memikirkan kembali dan memerankan/melukiskan kembali dalam pikirannya atas suatu peristiwa sejarah yang dikaji sehingga dapat dipahami dengan cara yang tidak dapat dipahami oleh ilmu alam.
Sehingga, sejarawan perlu memahami dan mengungkap secara maksimal terhadap
suatu peristiwa sejarah yang tidak dapat dipahami dengan ilmu alam.
Kata sebab dalam sejarah tidak dapat disamakan dengan yang lain, tetapi harus dalam arti yang lain. Sejarawan perlu mengungkapkan makna sesuatu dalam peristiwa sejarah di masa lalu sesuai dengan makna aslinya secara ideografi, jelas dan menyeluruh, yang mana hal ini tidak dapat menggunakan ilmu alam.
R. G. collingwood |
Dalam konteks
sejarah lebih pada sisi “dalam” yaitu pikiran dan alasan yang terbuka. Apa yang
terjadi menunjukkan tanggapan dari makhluk yang rasional berhadapan dengan
situasi yang menurut pemecahan praktis.
Dalam sejarah terdapat persoalan-persoalan yang harus dijawab. Pertama, sifat logis penjelasan yang diberikan sejarawan atas peristiwa dan perkembangan yang sifatnya khusus.
Kedua, berkaitan epistemologi kisah masa lalu. Bagai mana asal usulnya seperti apa, jika epistemologinya ditemukan, maka ontologi dan aksiologinya dapat mengikuti.
Ketiga, ada pertanyaan apakah kisah masa lalu
memiliki validitas objektif bila dibandingkan validitas yang dihasilkan dari
penyelidikan ilmiah. Dalam penelitian sejarah perlu menunjukkan unsur
objektivitas semaksimal mungkin dengan menekan unsur subjektivitas seminimal
mungkin.
Beda
Social Science dan Natural Science
1. Ilmu
sosial bersifat Non Matematik tetapi humanistik, sedangkan ilmu alam bersifat
positivistik, dapat dibuktikan secara empiris
2. Ilmu
sosial bersifat verstehen memahami secara betul-betul apa yang disampaikan,
sedangkan ilmu alam bersifat eklaren.
3. Ilmu
sosial bersifat Non Statistik, sedangkan ilmu alam yang harus menggunakan
data-dat statistik.
4. Non
logico eksperimental, ilmu sosial kadang tidak masuk akal dan tidak dapat
dieksperimenkan. Sedangkan ilmu alam berdasar pada logico eksperimental, yang
mana harus rasional dan dapat dibuktikan/dieksperimenkan.
5. Ilmu
sosial bersifat non empiris analitis dan ilmu alam bersifat empiris analitis
6. Imu
sosial perlu dijelaskan secara ideografis sedangkan ilmu alam secara monologis.
Filsafat G. W. F. Hegel dan Karl Marx & Engels
G.
W. F. Hegel
Hegel mencetuskan dialektik. Dialektik bukanlah pertikaian tetapi percakapan atau polemik sebagai proses berpikir. Seseorang bisa berargumen, berpendapat, atau berbeda pendapat.
Dalam proses berpikir terdapat tiga tahapan, yaitu pendapat, jawaban, dan persatuan atau simpulan. Dalam istilah lain dikenal dengan istilah tesis, antitesis, dan sintesis atau dari ada-tidak ada-menjadi artinya segala sesuatu dicocokkan dengan struktur dialektik.
G. W. F. Hegel |
Berpikir perlu melalui tiga tahapan
dialektik tersebut dengan berargumen, membantah argumennya, kemudian
menyimpulkannya. Menurut Hegel juga, sesuatu bisa saja dipaksakan untuk
menerima bentuk sesuai dengan keseluruhan.
Sejarah
Menurut Hegel
Sejarah manusia dipandang sebagai wujud dari ide yang ilahi, yang mutlak dan setia bagian atau periode sejarah merupakan suatu langkah yang terus menerus ke arah penyempurnaan ide yang ilahi itu, jadi tidak ada yang istirahat. Ide ilahi diwujudkan dengan kesempurnaan yang tertinggi dalam negara.
Manusia memperoleh segala yang dibutuhkan dari (moral, sosial) dari negara. Manusia tergantung dari negara dalam eksistensinya, oleh karena itu manusia mengabdi dan tunduk pada negara sebagai lembaga tertinggi di dunia.
Apabila banyak negara dan
merasa negaranya yang paling benar maka akan terjadi peperangan dan yang dapat
mendamaikan adalah para filsuf melalui aturan yang dibuatnya.
Selanjutnya menurut Hegel, pada suatu masa ada nation/bangsa yang dipilih untuk memimpin dan bertanggungjawab atas perkembangan kebudayaan dan berkewajiban untuk mengembangkan sejarah dengan sistem dialektik.
Dunia
hanya ide yang tertinggi bukan sesuatu yang realistis. Dunia dengan segala
bentuknya itu hanya ide atau hasil pemikiran belaka.
Karl
Marx dan Engels
Marx bercirikan dialetik materialistik dan historis materialistik. Menurutnya, ide itu hanya yang bersifat materi yang diganti dan dibentuk dalam pikiran manusia.
Bentuk yang namanya manusia adalah roh atau jiwa yang refleks dari materi atau
refleks dari alam. Manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan dalam
persatuan dengan manusia lainnya itulah manusia sejati.
Pemikiran Marx diarahkan pada humanisme yakni cita-cita untuk membebaskan manusia dari perbudakan dengan menuju ke masyarakat sosialisme. Menurutnya juga, yang disebut sebagai roh dan spiritual hanyalah ilusi manusia, yang mana digunakan untuk melihat perkembangan sejarah umat manusia dan masyarakat.
Pemikirannya
yang selanjutnya, kehidupan dan kesadaran serta seluruh sejarah umat manusia
diartikan secara materialistik.
Pokok-pokok ajaran historis materialistik, yaitu sebagai berikut. Pertama, faktor terpenting yang menyebabkan perkembangan manusia adalah faktor ekonomi. Dari faktor ini timbullah yang disebut roh dan akibat perbuatan roh adalah kebudayaan, kesenian, agama.
Karl Marx |
Kedua, Dasar itu bergerak secara dialektik yang berakibat
adanya pertentangan sosial. Pertentangan ini menyebabkan perjuangan kaum buruh
terhadap kelas dan kemenangannya berarti memecahkan pertentangan antarkelas
itu. Jadi sistem produksi dalam setiap zaman merupakan sesuatu yang
fundamental. Bukan unsur cita-cita politik atau ideologi.
Agama
menurut Marx dipandang sebagai proyeksi keinginan manusia. Gagasan keagamaan
merupakan hasil kemauan manusia atau masyarakat tertentu yang ada di dunia.
Agama dihasilkan oleh masyarakat atau negara bukan dari dunia gaib.
Sejarah merupakan perjuangan kelas, perjuangan kelas yang tertindas melawan kelas yang berkuasa (di Eropa oleh kaum borjuis). Puncak dari sejarah adalah masyarakat tanpa kelas yakni terciptanya masyarakat komunis.
Perkembangan sejarah ditentukan oleh sarana produksi yang material, seperti dalam pertanian ada cangkul, alat pembajak, jenis pupuk, tenaga, tanah, Walaupun sarana pertanian merupakan buatan manusia, tetapi perkembangan sejarah tidak tergantung pada kehendak dan kemauan manusia. Perang yang terjadi bukan kehendak manusia tetapi oleh materi (senjata) buatan manusia.
Contohnya: Keluarga Berencana
berhasil bukan karena kemauan dan motivasi
manusia atau rencana keluarga tetapi karena alat kontrasepsi.
Adanya perbedaan kelas menurut Marx disebabkan karena faktor ekonomi (faktor produksi). Dalam sejarah menurut Marx dimulai dari urkomunisme, yang mana masyarakat pertama.
Selanjutnya, muncul perbudakan, anggota masyarakat yang tidak
memiliki apa-apa. Dilanjutkan ke masyarakat feodalisme, kapitalisme, sosialisme
dan terakhir komunisme atau masyarakat tanpa kelas.
Posting Komentar untuk "Tokoh-tokoh Filsafat Sejarah yang Pemikirannya Berpengaruh"